
bukan, ini bukan dikolam renang...
bukan juga, ini bukan dipinggir pantai...
apalagi dikamar mandi, bukan lah...
ini di tengah kota, tepatnya di Petogogan, Kebayoran Baru, Jaksel
coba kita bayangkan, latar belakang dalam foto itu ga ada,,cukup ekspresi muka dan suasana dikaki mereka saja yang tergenang air, pasti sulit untuk kita lantas menjawab mereka sedang terkena musibah banjir...
yup, pasukan "laskar pelangi" ini terlihat begitu menikmati keadaan disekitarnya, seakan mereka sedang berlibur dan menikmati waktu demi waktu dalam kebanjiran...
ya, masalah banjir di ibukota tercinta, Jakarta, memang sudah lama terjadi. ngga tanggung2, udah dari zaman penjajahan VOC (Belanda) dulu cing! dan percaya ga percaya, kendala penanggulangan banjir itu juga kerap gagal dari zaman VOC itu, dimana masalah utamanya selalu karena uang (lagi..lagi..uang,,twew!!halah)...
fakta itu dikemukakan sama pakar sejarah, Dr Restu Gunawan, staf Direktorat Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Priwisata. ia mengatakan bahwa proyek pengendalian banjir yang dicanangkan tahun 1913 mengalami pembengkakan dana, rencana awal dana yang dibutuhkan diperkirakan 1.140.351 gulden, namun sampai 1919 membengkak hingga 2.793.000 gulden. dan sekarang pemerintah daerah (Pemda) DKI Jakarta mengalokasikan dana mencapai Rp 2 triliun dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). pengeluaran itu luar biasa besar untuk suatu proyek Pemda, jadi tu proyek jelas ga boleh gagal, apalagi hanya karena duitnya dikorupsi (ups,,ada yang kesindir ga ya?!)...
Jakarta emank unik. kota sejuta harapan ini berhasil menarik perhatian warga di desa dan kampung2 untuk berduyun2 pindah ke ruas ibukota, demi satu harapan, penghidupan yang layak. selain itu, digabungkannya pusat ekonomi dan pusat pemerintahan di Jakarta, bisa dikatakan sudah konsep usang. karena untuk negara yang wilayahnya luas, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan seharusnya dipisah. contoh : Amerika, Inggris, Jepang, Malaysia. jadi efeknya kalo Jakarta lumpuh, dua element penting di negeri ini lumpuh juga...
ngeliat perjalanan panjang musibah banjir di jakarta itu, sangat logis kalau dikatakan bahwa warga jakarta mungkin udah kebal atau menanggapi banjir itu udah kaya dapet gaji aja (sebulan sekali), atau bahkan lebih sering dari itu. dan karena seringnya, jadi udah ga kerasa itu suatu musibah, tapi udah dalam tahap ga ada lagi yang bisa disedihkan...
sampe ada satu pengalaman menarik. waktu kuis "Siapa Lebih Berani" di RCTI, ada pertanyaan "fenomena alam ini terjadi setelah hujan turun,..." belum selesai pertanyaan itu dibacakan sepenuhnya, salah satu pesertanya(umur kelas 4SD) memencet bel dan menjawab dengan lantang, "banjir!" katanya. jelas jawaban itu salah, karena yang dimaksud adalah pelangi. tapi kalo dipikir2 lagi, kalo buat anak jakarta, jawaban itu bener, apalagi pertanyaannya cuma sampe segitu aja. karena itulah yang mereka rasakan sehari2...ya dari cerita itu, bisa keliatan bahwa seorang anak2 sudah meresapi musibah itu sebagai suatu fenomena alam yang kerap terjadi, ironis.
ya, menghadapi cobaan emank harus sabar dan tawakal, tapi kalo ngeliat dari situasi warga Jakarta dan khususnya dari foto diatas, mereka udah ga bisa dikatakan sabar lagi, udah luar biasa pasrah, sampe mungkin apatis sama keadaan tersebut (kalo punya duit, udah hijrah dari kapan tau kali!)...
jadi menarik buat ditunggu, apa yang akan diperbuat oleh Bapak Gubernur jakarta yth, yang dulu bilangnya "serahkan pada ahlinya!". selamat berjuang bang!!
foto : http://foto.detik.com/ (17 Juni 2008)
sumber info : http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/08/21171114/penanganan.banjir.jakarta.terkendala.dana.sejak.zaman.belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar