sebelum saya mulai menulis,,
izinkan saya menyampaiakn keyakinan saya bahwa tema tulisan yang akan saya buat ini pasti sudah sering dimuat dimanapun. blog, media massa, fb, email ke email, atau bahkan umpatan-umpatan sekalipun.
mungkin sebagian Anda bosan membahasnya, tapi saya yakin masih banyak juga yang tidak memahami dengan pasti apa maksudnya, karena belum pernah merasakannya...
mendengar kata KRL Jabotabek kelas ekonomi, apa yang ada dibenak Anda?
penuh, sumpek, rawan kejahatan, keringetan, bau, dll...
dalam kesempatan ini saya cuma ingin berbagi cerita bagaimana bangsa ini memaknai apa yang dinamakan KRL Jabotabek kelas ekonomi (selanjutnya disebut KRL).
suatu malam, saya pulang beraktifitas dari Jakarta, Cikini tepatnya. pulang ke Bogor dengan menggunakan KRL adalah keputusan yang tepat pikir Saya, mengingat moda transportasi ini paling cepat sampai tujuan (kalo dibandingin sama jalanan Jakarta yang macet parah jam2 segitu, dan kalo ga telat keretanya).
hari itu saya beruntung, KRL datang tepat waktu (telat 10 menit masih dalam itungan tepat waktu lah). tapi saya kurang beruntung karena kereta sudah seperti kaleng sarden, dimana isinya ditumpuk2 ga karuan. Penuh!!
ya mau gimana lagi saya pikir, Bismillah saja lah. seperti yang sudah terbayangkan, berpeluh-peluh ria-lah Kami didalamnya. seakan2 kami sudah saling kenal dekat, sehingga bersedia untuk berbagi tempat berdiri dan berdempet2an. memang tempat silaturahmi paling sempurna disana itu.
baru melintasi satu statsiun, KRL sudah berhenti ditengah jalan, lama pula!
tapi anehnya, tidak satu orangpun marah2 ga karuan, semua seakan sama2 tau kondisi itu, sama2 nerimo. bahkan mereka tertawa2 saling menghibur, subhanallah!
mungkin kalo boleh dibelah tu kepala orang2, ada tulisan "yah, bayar 2 ribu ini, kenapa harus marah2, yang penting sampai".
dan tidak lama kemudian ada kereta express, yang ber-AC, mahal, dan sangat kosong, lewat denga cepatnya.
tanpa permisi kereta express itu menyusul KRL dengan arogan.
huh,,
sabar boleh, terpuji bahkan. tapi apakah ini akan selalu seperti in?
KRL sudah seperti moda transportasi tempat bergantung jutaan orang, tiap hari, jadi keadaan terpaksalah yang membuat mereka "ikhlas" berada diatas ular besi itu.
perasaan bahwa hal ini terjadi setiap hari, dan doktrin yang menyatakan bahwa "ini kereta dengan bayaran murah, ya wajar kalo fasilitas kurang", itu sudah menumpulkan pikiran dan perasaan mereka.
jadi sulit mengharapkan fasilitas KRL yang memadai dengan bayaran yang terjangkau (murah).
ada ga ya petinggi negeri ini yang nyasar baca tulisan ini, tapi kalopun mereka ga nyasar, saya yakin sudah banyak "teriakan" masyarakat yang nyangkut di kuping mereka, tapi kenapa ga berubah2 ya??
ya semoga mereka segera diselamatkan dari kekhilafannya..Amin..
gak bakal ada habisnya kalo ngomongin kebobrokan sistem transportasi yang satu ini. tapi dari awal risdie jadi salah satu pengguna, sampe sekarang, udah keliatan ada kemajuan meskipun sedikit demi sedikit. jangan lah kita bandingin sama sistem transportasi kereta di luar negeri, gak kuat jri!!! heheee...
BalasHapussalah satu hal yang bisa kita lakuin sebagai pengguna kereta api (secara kita sulit dan gak kompeten merubah sistemnya), adalah membeli tiket sesuai dengan kereta yang dinaiki dan tempat tujuan. dan jadilah pengguna yang baik dengan tidak merusak fasilitas... sepakat???