Ga jarang orang menyepelekan arti dari mimpi atau cita-cita. Ungkapan "Let it flow" atau "Gimana Nanti-lah!" bisa jadi awal pertanda seseorang yang memang ga punya mimpi dalam hidupnya. Memang banyak faktor yang bisa menjadi penyebab, bisa dari dalam diri orangnya atau dari lingkunagnnya.
Saya harus terus bersyukur karena dilahirkan sebagai seorang pemimpi, dan mimpi-mimpi itu mampu ditopang oleh kondisi lingkungan dan kemampuan yang sepadan. Saya ingat ketika SD saya cenderung tidak muluk-muluk memilih SMP tujuan, tetapi karena orang tua memotifasi untuk mencapai yang terbaik, maka saya pun menurut saja dengan pilihan itu. Saya hanya bermimpi kelak di SMP nanti saya harus bisa cari teman baru, tidak bermain dengan itu-itu saja seperti di SD. Dan untuk itu saya harus ikut banyak kegiatan. Terbukti ketika masuk SMP, saya ikut banyak kegiatan, dan tentunya kenalan dengan banyak orang.Walaupun saya akhirnya tidak terlalu aktif dalam organisasi formal, walaupun tidak jarang saya mengikuti kegiatan-kegiatannya selayaknya anggota organisasi tersebut :).
Orientasi ketika masuk SMA pun sama seperti itu, mimpi saya bukan dimana saya akan bersekolah, tetapi apa saja yang akan saya lakukan nanti. Motivasi ingin masuk SMA favorit saat itu adalah merasa bersalah ketika tidak masuk SMP paling favorit, jadi ya akhirnya berusaha, dan berhasil! Mimpi saya ketika masuk SMA adalah aktif berorganisasi. alasannya? pengen aja, mimpi aja bisa punya ide sendiri dan merealisasikannya sendiri! Walhasil dari awal masuk saya sudah aktif organisasi sampai akhirnya lulus dari SMA tercinta.
gimana pas masuk kuliah? Saya sudah punya cita-cita mau masuk jurusan apa, ketika masih kelas 2 SMA, dimana sata itu saya dihadapkan pada pilihan untuk masuk kelas IPA atau IPS. Saya terinspirasi dengan banyak hal untuk satu hal, yaitu rasa ingin tau lebih bayak dan mendalam tentang dunia hukum! Banyaknya pelanggaran saat itu, banyaknya orang yang mengaggap remeh soal aturan membuat saya penasaran, hukum itu ada ga sih? Dari situ, saya pilih IPS, untuk kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan HUKUM!
Mimpi itu yang terus memberi saya semangat dan tenaga lebih untuk mempersiapkan diri mengikuti SPMB. Nilai try out saya ga pernah masuk nilai minimal untuk masuk PTN yang saya mau saat itu, tapi (lagi) mimpi itu yang seolah membisikan, "Ga masalah Bos, Lanjutin aja!" dan bibir ini pun tersenyum kembali. Benar saja, mimpi itu sudah secara menakjubkan membantu saya masuk ke PTN terkemuka di negeri ini dengan Fakultas Hukum terbaiknya. Dari situ saya mulai semakin sadar kalo sang mimpi bukan lagi pelengkap dalam fase-fase hidup ini, tapi justru sebagai bahan bakar utama menopang fisik dan keyakinan ini mencapai segala cita-cita.
Tidak berhenti disana, di dunia kuliah sang mimpi semakin menjadi. Mimpi itu pula yang membuat saya keluar dari zona aman dan terus mencoba hal-hal yang baru, yang tidak semua orang bisa dna berani meraihnya. Mimpi itu pula yang berhasil membuat kaki palsu ini menjadi nyata dalam melangkah dan kuat menopang dalam lelah.
Sekarang sang mimpi sudah menjadi teman sejati sehari-hari. merumuskan langkah demi langkah, fase demi fase, sampai terkadang berlebihan ketika sudah mendahului ketetapan Allah SWT. Tapi itulah makna optimisme yang saya pahami. Mimpilah yang membuat saya sampai hari ini, dan akan terus melesat ke udara dan menghujam ke bumi, sampai akhirnya satu mimpi akhir tercapai: berakhir dengan Khusnul Khotimah, Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar