UPAYA YANG DIGAGALKAN
Saya sempat mendaftar ke tiga kementerian berbeda. Penuh cerita dan pengalaman dalam masa-masa pendaftaran hingga seleksi itu. Pada Kementerian pertama saya dibuat kaget dengan jumlah pelamar yang luar biasa banyak. awalnya saya berfikir bahwa penyerahan persyaratan hanya akan memakan waktu 1-2 jam, jadi saya pun tidak datang sepagi mungkin, tapi agak santai saja. Setelah sampai lokasi, saya kaget karena antrian pelamar sudah begitu mengular, padahal itu baru 30 menit berlalu dari dibukanya penyerahan berkas. Sempat ingin pulang saja, tetapi karena sudah izin untuk mendaftar kepada orang tua, ya saya jalani saja lah! Walhasil, waktu saya terbuang hampir 7 jam, hanya untuk menyerahkan berkas dan mengisi formulir. Pada Kementerian ini saya hanya bertahan sampai tes tertulis, dimana saya dianggap gagal, tetapi sampai sekarang saya tidak tahu kenapa bisa gagal.
Kapok?! ternyata tidak! Entah kenapa saya kembali berusaha untuk mendaftar menjadi CPNS di Kemeterian lain. Kali ini saya sudah lebih siap dengan datang lebih awal, dan hasilnya sukses, saya berhasil tidak lama mengantri. Tapi kali ini berkas saya dinyatakan gagal! kenapa? hanya karena ijazah saya ditandatangani oleh Wakil Dekan, karena Dekan sedang tidak ada ditempat saat itu. Merasa aneh dengan kebijakannya saya berusaha terus bertanya sampai saya khusus diarahkan kepada penanggunjawab, namun sayangnya sang penanggungjawab tidak menerima alasan apapun, yang berarti saya ditolak mentah-mentah (sampai saat itu saya ingat betul pengalaman pertama saya digiring oleh Satpam :)). Kesal? Pasti! saya merasa tidak diberi kesempatan.
Setelah ditolak dua kali merasa mulai kapok. Tapi beberpaa hari kemudian ada CPNS di kementerian yang saya incar dari awal, dan tanpa buang waktu ya saya siapkan lamaran. Kali ini saya pastikan semua tidak ada masalah, dengan berkaca dari dua seleksi sebelumnya. Beruntung, kali ini saya lolos dari seleksi administrasi dan seleksi tertulis. Namun sayang, seleksi berikutnya ada tes fisik. Saya yang seorang difabel tidak mendapatkan pilihan, dan tetap harus lari satu keliling kompleks pelatihan. Karena memang sudah niat, ya saya jalani dengan susah payah. Akhirnya saya bisa masuk finish dengan waktu yang tidak melebihi batas maksimal, dan saya berada di urutan ke-3 dari belakang :). Namun ternyata tes fisik itu juga seleksi, dan urutan saya yang berada dibawah harus rela tereliminasi. Untuk yang ini saya tidak bisa beralasan panjang lebar, karena kegagalan saya jelas. Walaupun ada diskriminasi yang masih saya tidak bisa terima.
TITIK BALIK MAKSIMUM
Tidak kehilangan akal, demi mewujudkan cita-cita, akhirnya saya bergabung di lembaga hukum independen. Lembaga yang bergerak dibidang penelitian hukum, namun juga aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka reformasi hukum di Indonesia. Disini saya mendapat apa yang saya mau, berkarya sesuai dengan ilmu yang saya punya, dan pastinya ikut berkontribusi bagi bangsa dan negara. Dari lembaga ini pula saya mulai sadar, kalo cita-cita saya itu tidak hanya bisa didapat kalo jadi PNS. Satu lagi yang lebih penting adalah makna kesejahteraan yang saya dapat melebihi ekspektasi awal. Kesejahteraan yang bukan sekedar materi, tapi lebih dalam dari itu.
Melalui lembaga ini beberapa kali saya mampu menyumbangkan ide untuk isu-isu tertentu, dan tidak jarang akses tersebut sampai mengintervensi kebijakan internal, hal yang buat saya sangat membanggakan, diantara kondisi dimana masih ada jutaan orang diluar sana yang masih hanya memikirkan perutnya sendiri. Kesempatan bertemu dengan pucuk pimpinan pada instansi terkait untuk menyumbangkan gagasan, terlebih ketika gagasan itu diterima, membuat saya merasa memetik buah dari kesabaran dan usaha saya dimasa lalu. tanpa harus menggadaikan harga diri dan idealisme, impian saya bisa terwujud.
Namun, memang apa yang saya berikan belumlah seberapa. Saya masihlah sebutir debu dalam padang pasir yang sangat luas. Banyak hal yang masih ingin saya kerjakan dan berikan untuk bangsa dan negara ini. masih banyak tanggungjawab yang harus dituntaskan sebagai seseorang yang beruntung dapat mengenyam pendidikan tinggi. dan masih banyak saudara-saudara yang memiliki harapan bahwa nasibnya akan berubah. Semoga perjalanan singkat ini bisa menjadi modal baik dalam menciptakan buah-buah karya yang terasa manis dan menyegarkan semua orang yang melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar