Sepuluh tahun lalu, kecelakaan motor menimpa saya. Kecelakaan yang memaksa saya hidup dengan satu kaki sampai sekarang. Kaki kanan saya terpaksa dimakamkan terlebih dahulu daripada tubuh saya yang lainnya. Kehidupan saya berubah drastis, lembaran baru hidup pun dimulai.
Pada saat kecelakaan tersebut, saya masih berumur 16 tahun, dan masih duduk di kelas 1 SMA. Kehidupan saya penuh dengan aktivitas saat itu. Waktu saya lebih banyak diluar rumah, tidak hanya kegiatan di sekolah, belajar atau OSIS, tetapi saya juga suka jalan-jalan dengan motor. Suka tantangan, bahkan cenderung nekad, adalah gambaran kehidupan saya sebelum kecelakaan hadir.
Hari itu saya baru saja pulang dari Jakarta untuk bertemu dengan seorang pengelola Event Organizer, membicarakan Pentas Seni yang akan diadakan oleh SMA saya. Sesampainya di Bogor, saya harus terlebih dahulu ke sekolah untuk mengambil motor. Motor pun saya ambil dan langsung bergegas pulang. Sudah menjadi kebiasaan bagi saya membawa motor dengan kecepatan tinggi. Namun saat itu tidak terfikir untuk ngebut, mungkin karena merasa badan sudah lelah beraktifitas seharian.
Saya menikmati perjalanan dengan hembusan angin malam yang sejuk di Kota Bogor. Saya perhatikan suasana disekitar jalan yang saya lewati, sangat sepi saat itu. Sampai saya pada satu jalan menurun, yang hanya terdiri dari dua jalur, masing-masing jalur dengan arah berlawanan. Pada saat itu angkot dedapn saya berhenti mendadak, seperti biasa Ia akan menurunkan penumpang. Dengan refleks saya membelokan motor menyusul angkot ke arah kanan dengan kecepatan motor yang rendah. Namun tiba-tiba dari lawan arah ada mobil menyusul mobil lain dengan mengambil jalur yang saya gunakan. Tabrakan pun tidak terhindarkan, dan saya pun kehilangan kesadaran.
Tidak lama saya sadar dalam keadaan terduduk di tengah jalan. Saya perhatikan tangan dan badan tidak ada luka yang berarti. Namun ketika melihat bagian kaki, sepertinya ada masalah besar disana. Saya perhatikan bagian lutut menghadap ke kiri, tetapi telapak kaki saya tergeletak di jalan ke arah kanan. Saya pun melihat di bagian paha ada jejak ban mobil. Dari tanda-tanda itu say ameyakini bahwa saya sudah ditabrak dan dilindas oleh mobil yang tadi ada dihadapan saya.
Saya pun meminta tolong kepada mobil yang lewat, tetapi ada dua angkot yang tidak mau berhenti. Sampai akhirnya tidak lama ada mobil yang berhenti menolong saya. Kebetulan dalam mobil itu ada banyak orang, sehingga saya pun diangkut ke mobil, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Proses pengangkatan menjadi bagian yang sulit, karena ternyata kaki saya mengalami banyak patahan. Namun patahan itu terjadi di dalam kulit kaki saya, sehingga tidak ada darah sedikit pun yang keluar.
Sesampai di rumah sakit, celana sebelah kanan saya digunting paksa, dan kaki saya di gips dnegan terlebih dahulu ditarik untuk meluruskan patahan. AllahuAkbar! sakit luar biasa saat itu! Seiring dengan proses pertolongan, orang-orang yang membantu saya menanyakan apakah ada alamat atau no telpon yang bisa dihubungi dari pihak keluarga atau tidak. Saya yang masih shock mencoba menenangkan diri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Alhamdulillah saya masih diberikan kesadaran dan kemampuan untuk bisa menjawabnya. Tidak lama berselang orang tua saya pun sampai dan raut muka khawatir.
Bersambung...
*cerita ini saya dedikasikan untuk mereka yang sedang berjuang melawan rasa takut. Percayalah bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini adalah ujian keberhasilan di masa depan, dan tidak akan ada ujian yang melampaui kemampuan seseorang. Jadi semangatlah, teruslah berjuang, tatap masa depan yang gemilang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar