Mengajar sudah menjadi kenikmatan tersendiri bagi Saya. Mengajar
melengkapi siklus aktivitas yang menjadi keseharian Saya, yaitu membaca,
meneliti, menulis, dan akhirnya mengajar. Setelah itu kembali lagi membaca, dan
begitu seterusnya. Mengajar menjadi jembatan penting karena merupakan proses
berbagi, yang akan menguatkan pemahaman sekaligus terus menguji apa yang sudah
didapatkan.
Sudah menjadi cita-cita bagi Saya, pasca kelulusan dari
program sarjana, untuk mengabdi sebagai pengajar di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Mimpi ini tentu bukan hanya milik saya, tetapi masih banyak orang
diluar sana memiliki harapan yang sama. Mimpi yang ternyata tidak langsung
terkabul kala itu, tetapi harus menunggu sampai 4 tahun, sampai kesempatan
menghampiri mendekat.
Akhirnya mimpi itu terwujud di tempat yang memang menjadi impian
sejak awal, Bidang Studi Hukum Tata Negara FHUI. Pengalaman luar biasa saya
rasakan hari demi hari, sampai titik ini, ditahun keempat saya mengabdi.
Awalnya tidak ada yang mampu mengalahkan semangat dan
loyalitas ini. Tidak hanya mengajar, tetapi juga tumbuh bersama dengan suatu
lembaga riset yang sempat mati suri, dan kami bangunkan untuk mengaum kembali.
Empat tahun berjalan, ternyata banyak mengundang perubahan.
Semangat dan loyalitas tidak lantas menghilangkan hambatan. Sampai pada satu titik
dimana pilihan-pilihan untuk bersikap realistis hadir. Bukan hanya itu, masa bakti
empat tahun ternyata tidak membuat perubahan apapun terhadap status atau
pengakuan. Mungkin kampus ini memang sudah besar dengan namanya, dan tentu
potensi terbaik dan paling menguntungkan yang dicari, dan ternyata itu bukan Saya.
Saya sadar masih banyak kesempatan diluar sana yang layak
untuk diperjuangkan dibanding menunggu dan menunggu, hanya menambah waktu masa
antrian, yang sudah berjalan empat tahun. Posisi ini pun sudah selayaknya
disematkan kepada orang lain yang masih potensial, menguntungkan, dan tentu punya
kesabaran lebih dalam menunggu.
Pilihan harus segera djatuhkan. Mungkin langkah ini bermakna
mengubur mimpi, tetapi bukan mengubur masa depan. Seakan meninggalkan, padahal hanya
reposisi peran dan tanggungjawab. Keputusan ini bukan mematikan cahaya
silaturahim, tetapi justru menguji agar persaudaraan menjadi jauh lebih kokoh.
Terima kasih kepada para dosen dan sejawat atas kebersamaan dan
perjuangan bersama. Saya harus melangkah, walau tanpa kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar