2016/08/03

SAYA (HARUS) MELANGKAH (WALAU) TANPA KALIAN

Mengajar sudah menjadi kenikmatan tersendiri bagi Saya. Mengajar melengkapi siklus aktivitas yang menjadi keseharian Saya, yaitu membaca, meneliti, menulis, dan akhirnya mengajar. Setelah itu kembali lagi membaca, dan begitu seterusnya. Mengajar menjadi jembatan penting karena merupakan proses berbagi, yang akan menguatkan pemahaman sekaligus terus menguji apa yang sudah didapatkan.

Sudah menjadi cita-cita bagi Saya, pasca kelulusan dari program sarjana, untuk mengabdi sebagai pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Mimpi ini tentu bukan hanya milik saya, tetapi masih banyak orang diluar sana memiliki harapan yang sama. Mimpi yang ternyata tidak langsung terkabul kala itu, tetapi harus menunggu sampai 4 tahun, sampai kesempatan menghampiri mendekat.

Akhirnya mimpi itu terwujud di tempat yang memang menjadi impian sejak awal, Bidang Studi Hukum Tata Negara FHUI. Pengalaman luar biasa saya rasakan hari demi hari, sampai titik ini, ditahun keempat saya mengabdi.

Awalnya tidak ada yang mampu mengalahkan semangat dan loyalitas ini. Tidak hanya mengajar, tetapi juga tumbuh bersama dengan suatu lembaga riset yang sempat mati suri, dan kami bangunkan untuk mengaum kembali.

Empat tahun berjalan, ternyata banyak mengundang perubahan. Semangat dan loyalitas tidak lantas menghilangkan hambatan. Sampai pada satu titik dimana pilihan-pilihan untuk bersikap realistis hadir. Bukan hanya itu, masa bakti empat tahun ternyata tidak membuat perubahan apapun terhadap status atau pengakuan. Mungkin kampus ini memang sudah besar dengan namanya, dan tentu potensi terbaik dan paling menguntungkan yang dicari, dan ternyata itu bukan Saya.

Saya sadar masih banyak kesempatan diluar sana yang layak untuk diperjuangkan dibanding menunggu dan menunggu, hanya menambah waktu masa antrian, yang sudah berjalan empat tahun. Posisi ini pun sudah selayaknya disematkan kepada orang lain yang masih potensial, menguntungkan, dan tentu punya kesabaran lebih dalam menunggu.

Pilihan harus segera djatuhkan. Mungkin langkah ini bermakna mengubur mimpi, tetapi bukan mengubur masa depan. Seakan meninggalkan, padahal hanya reposisi peran dan tanggungjawab. Keputusan ini bukan mematikan cahaya silaturahim, tetapi justru menguji agar persaudaraan menjadi jauh lebih kokoh.


Terima kasih kepada para dosen dan sejawat atas kebersamaan dan perjuangan bersama. Saya harus melangkah, walau tanpa kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar